NIM :
D14130026
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lilin Kecilku akan Terus Menyala
Karya Hamzah Nata Siswara
Karya Hamzah Nata Siswara
Dunia telah mempertemukan dua insan
mulia yang sangat dekat dengan diriku bersama kasih sayangnya, dengan dekapan
hangatnya, dengan suara lembutnya yang menidurkanku, dengan senyumnya yang
menghiburku, dengan matanya yang meyakinkanku dan segala yang beliyau miliki
adalah untukku. Dialah ayah dan ibuku. Tepatnya tanggal 25 Juni 1995 aku melihat
terangnya dunia ini setelah sembilan bulan aku dijaga oleh sang bunda di
rahimnya. Mereka adalah kedua orang tua yang sangat hebat bagiku, bagaikan
pecahan logam yang mengekalkan diriku dalam kebahagiaan dan kenyamanan suasana.
Tak ada lagi berlian dan mutiara yang lebih berharga bagiku dibandingkan dengan
mereka.
Darah Jawa dan Sunda menyatu dalam
tubuhku, mengalir di nadiku dengan lembutnya. Mengalir setiap hari dengan penuh
kehangatan dan kasih sayang Tuhan. Aku percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan akan
memberi hadiah yang setimpal kepada orang – orang yang menjalani proses hidupnya
di alam yang fana ini. Pastinya hadiah itu berbeda – beda, ada yang mendapatkan
kotak emas, kotak perak, kotak perunggu, atau bahkan mendapatkan kotak kosong
yang berisi serangga yang menjijikkan. Dan itu semua diberikan Tuhan secara
adil dan sesuai dengan perjalanan dan proses hidup insan di dunia.
Ayah
dan ibuku memberiku do’a yang diselipkan dalam sebuah nama untukku, “Hamzah”
itulah nama yang memiliki arti pemberani, mungkin nama ini diberikan kepadaku
agar aku mampu mengarungi dunia dunia ini tanpa canggung, agar aku bisa
berlayar di tengah samudera dengan tegar dan agar aku mampu meyakinkan diriku
sendiri bahwa aku bisa meskipun aku dilahirkan di tengah – tengah keluarga yang
memiliki keterbatasan di bidang ekonomi. Ayahku pernah berkata, “jangan
pikirkan uang, pikirkan saja masa depanmu”. Sejak saat itu aku mengukir kata –
kata itu di otakku. Aku percaya bahwa orang yang mau berusaha akan menemukan
jalan terbaik dari Tuhan.
Kekurangan dari segi ekonomi memang
selalu menjadi acuan bagi orang lain untuk menghina keluargaku, tapi bagiku “I
don’t care” adalah kata yang pantas untuk menjawabnya. Karena keyakinan yang
bulat telah tertanan di batinku, aku percaya bahwa aku akan bisa memperjuangkan
nasib keluargaku, memperjuangkan harkat dan martabat yang selama ini aku
banggakan. Memang kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah tapi jangan salah,
ketika Tuhan telah berkata, “Kun Fayakun” pasti terjadilah yang menjadi
kehendak-Nya. Ku tuliskan sebuah tujuan pertamaku yang menurutku ini adalah
sebuah titik aman pertamaku, aku ingin menjadi lulusan terbaik di SMA ku dan
diterima sebagai salah satu mahasiswa
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Aku menuliskannya pada sebuah
kertas dan aku menempelnya di sebuah meja kecil dan rapuh yang biasa aku
gunakan untuk belajar di kamar sederhanaku. Aku memandangi tulisan itu setiap
harinya agar aku selalu termotivasi dan semoga Tuhan memeluk mimpi – mimpi
indahku itu
Bermodalkan tekad yang membaja aku
menuntut ilmu di SMA, walaupun aku mendapatkan beasiswa dan sejumlah uang yang
aku dapatkan dari kejuaraan berbagai lomba di bidang olimpiade maupun karya
tulis,
aku tetap mencari cara agar aku bisa memenuhi kebutuhanku untuk membeli
alat tulis, buku pelajaran dan untuk sarana transportasiku menuju kesekolah
yang merupakan kendaraan favorit para pelajar yaitu angkot, kendaraan yang
setiap harinya menjadi langganan tetapku. Aku memiliki ide untuk menjual
makanan ringan di sekolah, dan aku sudah menjalaninya sejak kelas X di SMA, ide
ini berawal ketika salah seorang temanku mengeluh lapar tetapi ia malas untuk
membeli makanan di kantin, maklum letak kantin di sekolah kami cukup jauh. Dari
penghasilan menjulal makanan ringan di sekolah inilah aku bisa membeli sesuatu
untuk keperluanku sendiri secara mandiri.
Setelah aku menginjak kelas XII di
SMAN 2 Bojonegoro, banyak kegiatan akademik yang harus aku lakukan, salah
satunya adalah bimbingan belajar yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu
aku harus meninggalkan aktifitasku untuk labih berkonsentrasi di Ujian Nasional
yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi di waktu itu. Apalagi tahun ini
pemerintah menetapkan soal Ujian dengan 20 paket soal dan menggunakan barcode.
Sehingga hal ini akan meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh siswa,
sehingga aku semakin tertantang dan bersemangat. Apalagi aku tak pernah
mengikuti lembaga bimbingan belajar yang diikuti oleh semua teman – temanku,
walaupun demikian aku tak merasa canggung untuk menghadapi Ujian Nasional tahun
ini. Di sela – sela belajarku saat kelas XII SMA ini banyak sosialisasi yang
dilakukan oleh berbagai macam perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mereka
memaparkan mulai dari jalur masuk, fakultas, kehidupan kampus, sampai di
pembayaran yang harus di bayar saat menjadi mahasiswa di sana. Dan biaya yang
di paparkan tersebut jauh dari jangkauan keluargaku, dari sanalah aku mulai
berpikir bagaimana aku bisa melanjutkan kuliah jika biayanya sebesar itu. Aku
tidak mungkin menaruh begitu saja impianku yang telah ku pangkul setiap hari di
pundakku, dan aku tidak mungkin menghianati tulisan yang telah ku ukir di meja
belajarku.
Hari senin adalah hari yang rutin
selalu diadakan upacara bendera bagi para pelajar di seluruh Indonesia.
Kebetulan hari ini guru Bimbingan Konseling di sekolahku yang berkesempatan
untuk menjadi pembina upacara, sebutlah ia Bu Septy. Beliau menjelaskan bahwa
kelas XII yang ingin melanjutkan keperguruan tinggi tapi terkendala biaya tidak
perlu risau dan panik, karena pemerintah melalui kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan menyelenggarakan bantuan biaya pendidikan berupa beasiswa Bidik Misi bagi anak yang
berprestasi dari keluarga yang tidak mampu. Sejak saat itu aku merasa seperti
ada cahaya putih yang sangat terang sedang menerangi hatiku yang sedang redup.
Aku kembali dengan semangatku yang membara untuk mewujudkan impianku karena aku
punya modal piagam penghargaan yang aku dapat dari berbagai kejuaraan di bidang
akademik dan prestasi di raport yang alhamdulillah selalu menempati peringkat
tiga besar di kelas. Ketika di buka jalur pendaftaran SNMPTN 2013, sekolah
memasukkan nilai – nilai setiap siswanya, setelah itu para siswa di perkenankan
untuk memilih perguruan tinggi negeri dan jurusan yang diminatinya. Aku memilih
Institut Pertanian Bogor sebagai pilihan pertamaku dengan jurusan Teknologi
Produksi Ternak dan pilihan kedua ku jatuhkan di Universitas Brawijaya malang
dengan pilihan jurusan yang sama. Setelah itu kami peserta Bidik Misi di himbau
untuk segera melengkapi persyaratan online calon pelamar beasiswa Bidik Misi.
Aku mengisi persyaratan dengan sabar mulai dari biodata sampai dengan foto –
foto rumah sebagai kelengkapan. Semua persyaratan telah terpenuhu dan kini
tinggal kulantunkan do’a agar pilihanku mendapat ridho-Nya. Selanjutnya kami
harus memikirkan tentang Ujian Nasional.
Ketika Ujian Nasional sudah semakin
dekat aku semakin memperbanyak membuka soal – soal ujian tahun lalu, harapanku
soal – soal ujian nanti tidak jauh berbeda dengan soal – soal yang aku pernah baca.
Tiba di hari ujian aku semakin memantapkan hati, tak lupa ku mohonkan do’a dari
kedua orang tua dan para guru yang telah membimbingku. Ku kerjakan soa demi
soal dengan teliti dan penuh kesabaran, dan ternyata harapanku terkabul, soal –
soalnya tidak jauh berbeda dengan soal – soal tahun lalu, aku merasa senang dan
lancar dalam mengerjakan soal – soal Ujian Nasional. Setelah empat hari masa
Ujian Nasional pun usai, do’a dan harapan untuk mendapatkan yang terbaik di
waktu pengumuman nanti selalu terucap dalam hati.
Beberapa waktu telah berlalu dan
tibalah masa pengumuman Ujian Nasional 2013, sungguh kuasa Tuhan tiada
tandingannya. Saat aku tiba di sekolah untuk melihat hasil pengumuman tiba –
tiba aku mendapatkan ucapan selamat dari wali kelas ku. Beliyau berkata,
“selamat ya atas prestasimu, kamu berhasil memperoleh nilai tertinggi di SMAN 2
Bojonegoro ini”. Sungguh rasa hati yang bahagia dan seperti terbayarlah mimpi –
mimpi ku pertama yang terukur di melja belajarku itu.
Aku menangis dan bersujud
syukur karena Tuhan telah memperkenankan hamba-Nya yang lemah ini untuk menjadi
yang terbaik dalam pengumuman hasil Ujian Nasional di sekolah. Dan dua hari lagi
menunggu waktu pengumuman SNMPTN 2013, menurut berita di Internet bahwa
pengumuman akan di muat di web sekitar pukul lima sore. Hati sudah tak sabar
menanti pengumuman yang menurutku ini adalah titik aman pertamaku. Tiba di
waktu pengumuman SNMPTN, ku masukkan kode akses yang di minta oleh web untuk
membuka pengumuman. Setelah terbuka kuarahkan kursor agak ke bawah dan di sana
terdapat tulisan “selamat anda lulus seleksi SNMPTN 2013, perguruan tinggi
dimana anda di terima adalan Institut Pertanian Bogor dengan program studi
Teknologi Produksi Ternak”. Sujud syukur yang kedua terjadi di warung internet
tempat aku melihat pengumuman ini. Terimakasih Tuhan, engkau sungguh mengerti
apa yang di butuhkan manusia, bukan apa yang menjadi keinginan saja sebagai
manusia. Airmata menetes bahagia, menyambut masa depan gemilang di Institut
Pertanian Bogor.
Saat perpisahan kelas XII di sekolah
diadakan, diumumkanlah secara resmi peraih nilai tertinggi Ujian Nasional tahun
ini sekaligus dimana siswa di terima di perguruan tinggi di umumkan di atas
panggung. Nama ku di sebut, dan aku dipersilahkan untuk naik ke panggung,
sungguhbahagia hatiku ketika orang tuaku melihat diriku berada diatas panggung
dengan sebuah prestasi dan modal masa depan gemilang yaitu Institut Pertanian
Bogor. Proses selanjutnya adalah melengkapi persyaratan daftar ulang dan berkas
Bidik Misi, berkas – berkas itu sangat rumit namun aku jalani dengan sabar. Ku
bawa berkas itu ke kampus kebanggaanku IPB. Kumulai pengecekan berkas dan
wawancara yang dilakukan oleh para dosen IPB. Mulai dari raport, piagam dan
berkas lain yang sulit ku jelaskan. Dosen yang mewawancaraiku melihat piagam
penghargaanku dan beliau malah bertanya, “mengapa anda tidak masuk IPB dengan
jalur prestasi (PIN) saja dek ?”, aku membalasnya dengan senyuman saja, karena
aku tidak terlalu paham mengenai jalur itu, yang pasti aku diteriama melalui
jalur SNMPTN. Dan perkataan yang paling membuatku gundah adalah ketika bu dosen
berkata “jika anda tidak diterima Bidik Misi jangan putus asa ya, tunggu saja
pengumumannya nanti sore”, aku mulai berpikir negatif tentang usahaku, tapi
siapa sangka ternyata itu hanya sebuah kalimat saja, setelah tiba pengumuman
Bidik Misi ternyata di kertasku terdapat tanda ceklist di bagian bahwa lamaran
Bidik Misi diterima dan akan dipertimbangkan. Tak terkiranya hati ini bahagia,
hanya ucapan terimakasih yang tulus ku berikan kepada kedua orang tua yang
selalu mendukungku dan mendoakanku. Terimakasih ayah dan bunda, kini aku akan
merajut masa depanku di kampus pertanian kebanggan Indonesia, Institut
Pertanian Bogor.