Rabu, 30 September 2015

Laporan Kegiatan IPB Goes to Field di Kabupaten Pasuruan Tahun 2015


Lokasi IPB Goes to Field (IGTF) Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa Randuati, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Secara umum wilayah IPB Goes to Field ini merupakan wilayah dataran rendah. Lokasi IGTF Pasuruan terletak di sekitar pesisir pantai dengan jarak sekitar dua kilometer dari lokasi. Sasaran lokasi IGTF Kabupaten Pasuruan adalah di kelompok Tani Mukti 2, Desa Randuati, Kecamatan Nguling Pasuruan. Desa Randuati terbagi kedalam dua Dusun, yakni Dusun Krajan dan Dusun Batuan. Dasar pemilihan lokasi IGTF di Desa Randuati adalah potensi ternak yang sangat tinggi di daerah ini. Rata-rata kepemilikan sapi per keluarga adalah empat sampai lima ekor sapi. Satu desa dapat mencapai populasi 1500 ekor sapi menurut informasi dari Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah penggemukan dan pengembangbiakan sapi. Sapi yang paling banyak dipelihara adalah sapi Peranakan Ongole (PO), dan ada juga sapi persilangan. Kebanyakan warga memilih untuk melakukan Inseminasi Buatan (IB) untuk mengembangbiakkan sapi, mereka jarang menggunakan pejantan sebagai pemacek (pejantan untuk kawin), oleh karena itu sapi betina di Desa Randuati memiliki populasi yang lebih banyak dibanding sapi jantan. Inseminasi Buatan yang digunakan kebanyakan adalah sapi limousin, sebab dengan menggunakan IB sapi limousin maka harga pedet yang dihasilkan akan lebih mahal jika dibanding sapi PO.
            
 Kelompok Tani mukti memiliki anggota sekitar 20 orang, dengan ketua kelompok adalah Bapak Misnatun. Kelompok tani belum berkembang dengan baik dari segi administrasi dan keanggotaan. Sudah ada bantuan berupa sapi untuk kelompok tani tersebut, yang diperlukan adalah kesadaran untuk hidup berkelompok masih kurang. Kendala secara umum adalah pakan, sebab dimusim kemarau Desa Randuati sangat kering dan sulit mendapatkan hijauan pakan ternak. Pakan yang sering diberikan adalah jerami padi, tebon jagung, dan pucuk tebu. Itupun kalau sedang dilakukan panen dilahan sendiri, jika tidak ada panen mereka bahkan rela untuk membeli rumput gajah atau pucuk tebu dari pemilik lahan dengan harga sekitar sepuluh ribu per ikat. Tentunya pencarian pakan yang cukup jauh ini tidak efisien, karena para peternak di Desa Randuati juga harus menggarap sawah atau ladang. Ketersediaan penyuluh peternakan yang sangat terbatas, kalaupun ada penyuluh warga mengeluhkan program yang diberikan terlalu susah untuk dilaksanakan, warga menginginkan program yang sederhana saja sehingga mudah dilaksanakan oleh peternak atau petani. Secara umum kondisi Sumber Daya Manusia di Desa Randuati memang terbatas, kebanyakan mereka adalah lulusan Sekolah Dasar. Sebab warga Desa Randuati masih memiliki kepercayaan bahwa wanita harus nikah muda, jika wanita usia 16 tahun maka sudah selayaknya untuk menikah, bahkan jika usianya sudah menginjak 20 tahundan belum menikah, wanita ini akan dianggap perawan tua. Kepercayaan inilah yang membuat kebanyakan remaja di Desa Randuati tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
            Aktivitas yang dilakukan oleh warga untuk menuju ke sawah sekitar pukul lima pagi, sekaligus mencari rumput untuk sapi. Sehingga suasana Desa di pagi hari cukup lengang sampai waktu dzuhur tiba. Pencarian pakan yang terlalu pagi mengakibatkan risiko penyakit kecacingan pada sapi lebih tinggi. Kondisi sapi secara umum mengalami malnutrisi atau kurang gizi sehingga tubuhnya kurus. Selain itu pengolahan limbah belum maksimal, walaupun sudah ada bantuan berupa instalasi biogas. Pemanfaatan kotoran sebagai pupuk belum optimal, sebab belum ada pengolahan kotoran lebih lanjut sebgai pupuk. Penataan pembuangan kotoran sangat tidak baik, sebab menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar. Penangannan limbah peternkan masih memprihatinkan, sehingga penyuluh peternakan seharusnya bisa memberikan sosialisasi yang berguna untuk penanganan limbah peternakan.

Pelaksanaan Kegiatan Utama

Inovasi yang diperkenalkan kepada warga Desa Randuati cukup banyak, tetapi mahasiswa lebih berkosentrasi kepada metode pengolahan pakan. Mahasiwa IGTF Pasuruan mencanangkan kegiatan lumbung pakan yang diharapkan akan mampu memperbaiki kondisi pakan sapi di wilayah ini. Tahap awal adalah merancang sistem dan fungsi, sedangkan bangunan dan fasilitas fisik lain bisa menyusul dan dapat diajukan ke Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan. Fungsi lumbung pakan ini adalah untuk menguatkan kembali kelompok tani dengan cara mencari pakan secara kolektif dan melakukan pengolahan secara bersama-sama, sehingga sewaktu musim kemarau tiba pakan yang diawetkan dapat dipakai secara bersama-sama. Pelatihan teknologi pakan yang dilakukan adalah teknologi pengolahan pakan Hijauan Fermentasi (Hi-Fer). Penyuluhan mengenai penyakit kecacingan pada sapi, pengendalian, dan cara mengatasi kecacingan secara sederhana. Kemudian ada pelatihan pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk padat Bokashi, pupuk biourin, dan pengolahan silase melalui poster yang dibagikan kepada warga. Berdasarkan rencana dari Institut Pertanian Bogor bahwa Desa Randuati akan digunakan sebagai wilayah SPR (Sekolah Peternakan Rakyat) sehingga mahasiswa juga memiliki tugas untuk melakukan pendataan ternak dan memperkenalkan SPR kepada warga. 


Gambar 1. Penyambutan dan diskusi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan
 (3 Agustus 2015)

Kegiatan yang pertama dilakukan adalah diskusi dengan Dinas Peternakan mengenai kondisi secara umum Desa Randuati Kecamatan Nguling. Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan, sebenarnya potensi yang paling besar di Kabupaten Pasuruan adalah komoditi Sapi Perah. Untuk produksi sapi perah di Kabupaten Pasuruan sudah cukup maju dan baik. Tetapi atas permintaan IPB bahwa akan dilakukan pembentukan SPR mengenai sapi pedaging, maka Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan memberikan rekomendasi untuk melaukan IGTF di Kecamatan Nguling. Berdasarkan hasil diskusi, mahasiswa mendapatkan info-info penting mengenai kondisi wilayah dan kondisi sosila masyarakat, sehingga mahasiwa memiliki rancangan kegiatan yang harus dilakukan di Desa Randuati. Kepala Dinas sangat antusias dengan kedatang tim IGTF Kabupaten Pasuruan, dan mereka sangat tertarik dengan program SPR, walaupun mereka sebenarnya ingin dibuatkan SPR untuk sapi perah, bukan sapi potong. Mengingat komoditi sapi perah di Kabupaten Pasuruan jaub lebih menjanjikan dibanding sapi potong. Di Pasuruan telah berdiri banyak industri peternakan, diantaranya Indolacto, dan Nestle. Sehingga budidaya sapi perah sangat menjanjikan.




Gambar 2. Membantu warga panen padi (5 Agustus 2015)

Membantu warga panen padi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan, selain berguna untuk pendekatan kepada masyarakat, kegiatan ini juga berguna untuk mendapatkan jerami padi sebagai bahan pelatihan pembuatan pakan Hi-Fer. Sebab mencari bahan untuk pembuatan pakan hujauan Hi-Fer di Desa Randuati tidak gampang, disisi lain kita harus berebut dengan warga yang ingin mencari untuk pakan ternaknya. Tetapi bukan berarti mahasiswa beradu otot dengan warga, tetapi mahasiswa terlebih dahulu memesan kepada pemilik sawah untu mendapatkan jerami padi dari hasil panen padi di sawah yang di bantu oleh mahasiswa dalam mengaritnya. Selanjutnya jerami yang sudah terkumpul diangkut ke rumah warga yang digunakan menginap oleh mahasiswa putra, di rumah mbah Dul inilah jerami padi mulai diolah menjadi Hi-Fer. Pengolahan ini bertujuan untuk memberi contoh kepada warga Desa Randuati, sehingga nanti setelah produk Hi-Fer ini berhasil, mahasiswa dapat memberikan pelatihan sekaligus contoh kepada warga.
Sebelum diolah menjadi Hi-Fer, jerami padi dicacah terlebih dahulu kemudian ditimbang untuk mengetahui perbandingan bahan-bahan yang akan ditambahkan dalam proses fermentasi hijaun pakan ini.

Gambar 6. Tim Mahasiswa IGTF Kabupaten Pasuruan melakukan persiapan bahan pembuatan Hi-Fer (7 Agustus 2015)

Pencampuran bahan pembuatan Hi-Fer, yaitu aditif fermentasi dan tetes tebu atau molases. Sebelumnya bahan-bahan ini telah ditakar terlebih dahulu, sesuai dengan bobot hijauan pakan yang ingin dibuat Hi-Fer.


Gambar 7. Pencampuran jerami padi dengan cairan fermentasi (7 Agustus 2015)


Gambar 8. Memasukkan jerami yang telah dicampur kedalam kantong kedap udara
(7 Agustus 2015)

Setelah dimasukkan dan ditutup rapat, Hi-Fer dapat di berikan pakan kepada ternak setelah 7-10 hari kemudian, dan Hi-Fer ini bisa disimpan dalam kurun waktu sampai dua tahun, sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan lumbung pakan. Selain itu penggunaan Hi-Fer sebagai pakan sapi tidak ada batasannya, penggunaannya sama seperti rumput biasa, tetapi jumlahnya bisa ditekan. Apabila hijauan biasa sapi akan cukup mengkonsumsi sampai 20 kilogram, tetapi jika diolah menjadi Hi-Fer sapi cukup memakan sekitar 11 kilogram per sapi per hari. Sehingga penggunaan pakan Hi-Fer ini menjadi lebih efisien dibanding dengan pakan biasa. Selain itu pengolahannya yang cukup mudah dan tidak membutuhkan bahan yang sulit dicari. Hanya saja aditif fermentasi yang hanya bisa diperoleh dari IPB, sehingga warga bisa memperoleh aditif fermentasi dengan mengajukan kepada Dinas Peternakan Pasuruan, dan IPB akan menyampaikan kepada Dinas Peternakan untuk disalurkan ke warga.
Kegiatan sosialisasi berlangsung sangat meriah, warga sangat antusias dengan pelatihan teknologi pengolahan pakan Hi-Fer. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh lebih dari 50 warga Desa Randuati, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan beserta staff nya, petugas kecamatan, pamong desa, Kepala LPPM IPB, Wakil Kepala LPPM Bidang Penelitian, dan Sekretaris LPPM IPB beserta staff. Sosialisasi ini juga berperan memperkuat kelompok tani dan memperkenalkan SPR kepada warga. Setelah sosialisasi secara lisan selesai, dilakukan pelatihan atau praktek secara langsung pembuaatan Hi-Fer agar warga lebih siap untuk melakukan secara mandiri.



Gambar 11. Bersama warga praktek secara langsung pembuatan Hi-Fer (12 Agustus 2015).


Sosialisasi di Balai Desa Randuati-Nguling-Pasuruan
Kegiatan sosialisasi dan praktek pembuatan Hijauan Fermentasi (Hi-Fer) sudah dilaksanakan, selanjutnya dilakukan kembali penyebaran formulir analisis strategi nafkah rumah tangga peternak sembari menunggu proses fermentasi Hi-Fer selesai dan berhasil. Setelah proses fermentasi Hi-Fer selesai dilakukan analisis palatabilitas (daya suka) pakan Hi-Fer terhadap sapi dengan cara mencobakannya pada beberapa sapi warga.
Tanggal 20 Agustus dilakukan supervisi oleh Dosen Koordinator IGTF Pasuruan yaitu Dr. Suryahadi, DEA. Beliau secara langsung melakukan uji coba hasil pembuatan Hi-Fer kepada sapi warga, dan hasilnya sangat memuaskan. Sapi sangat menyukai aroma Hi-fer, sehingga nafsu makan sapi akan meningkat, dengan meningkatnya nafsu makan sapi maka bobot badan sapi akan terus naik. Kedatangan beliau juga bersama Staff Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan yaitu Bapak Gustaf Eko, sehingga pada momen ini langsung disampaikan keinginan dan tujuan dari kami untuk membuat lumbung/bulog pakan guna meningkatkan kualitas ternak sapi potong di Desa Randuati, Nguling, Pasuruan. Karena melihat program teknologi pakan Hi-Fer ini cukup potensial, pihak Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan memiliki rencana untuk membuat bangunan yang b erfungsi sebagai penyimpanan pakan Hi-Fer untuk kedepannya.





 ket : Studi banding ke Loka Penelitian Sapi Potong di Grati - Pasuruan


ket : foto bersama pimpinan LPPM IPB




 ket : Studi banding ke Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang



1 komentar:

  1. alhamdulullah kegiatan teman sangat membantu peternak dalam penyediaan hiaju di musim kemarau,,, salam perjuangan dari Mahasiwa STTP Malang ( Aan Bagus Jurusan Penyuluhan Peternakan)






    BalasHapus